HARIMAU DAN KANCIL
Pengarang: Devi Dwi Meita Sari
Dahulu kala, di suatu
padang kering dan tandus hiduplah seekor Kancil kurus. Karena hampir setiap
hari tak mendapatkan rumput, maka Kancil itu pergi ke padang yang lain.
Sampailah dia di padang yang banyak rumputnya. Hatinya gembira melihat rumput
hijau itu.
“Nah, inilah makananku,” gumamnya sendiri dan
tersenyum.
Tapi tiba-tiba
muncullah seekor Harimau besar menghadangnya. Lalu dia berkata,
“Oooo, tidak mudah
kau ambil makan di sini kecuali sudah mendapat ijinku.”
“Kalau begitu
ijinkanlah aku memakannya,” pinta Kancil.
“Silakan, asal kau
mau memberikan sesuatu padaku,” jawab Harimau.
“Sebab setiap siapa
datang kemari untuk makan rumput pasti berjanji akan memberikan sesuatu
untukku. Bagaimana kalau kau besok memberikan hatimu kepadaku?”
Kancil berpikir
sejenak.
“Biarlah akan
kuberikan padamu,” akhirnya Kancil berjanji akan memberikan hatinya kepada Harimau.
Beberapa hari
kemudian Harimau menemui Kancil, tapi si Kancil sudah mengerti maksud
kedatangan Harimau.
“Bagaimana
janjimu, Kancil?” tanya harimau,
“Kau terlalu cepat
menagih janjimu,” jawab Kancil.
“Sabarlah besok kalau
badanku sudah gemuk.”
Selang beberapa bulan
kemudian badan Kancil sudah nampak gemuk. Karena itulah, maka Harimau ingin
segera Kancil memenuhi janjinya. Tapi si Kancil tak mau menyerahkan hatinya.
Dia ingin mempertahankannya.
“Kenapa aku harus
menyerahkan satu-satunya hatiku? Padahal hanya karena aku makan rumput di sini.
Bukankah rumput ini juga milikku?” Tanya Kancil.
Mendengar geram Harimau,
Kancil siap melawannya. Dan memang terjadilah pertarungan sengit antara dua
binatang itu, keduanya nampak saling serang menyerang. Tapi akhirnya Kancil tak
kuat menahan serangan Harimau. Dia lari, tapi Harimau terus mengejarnya.
Di tengah perjalanan Kancil
berjumpa dengan Kerbau.
“Ada apa kau lari
terengah-engah?” tanya Kerbau terheran-heran.
“Aku dikejar Harimau.
Dia hendak membunuhku,” jawab Kancil tersengal-sengal.
“Jangan kuatir!
Bersembunyilah di balik badanku!” pinta Kerbau.
Ketika Harimau datang
terjadilah perkelahian antara Harimau dan Kerbau. Mereka saling dorong
mendorong. Saling ingin merobohkan. Tapi akhirnya Kerbau pun terpaksa mengakui
keperkasaan si Raja Hutan.
Kerbau dan Kancil terpaksa
lari menemui Banteng.
“Tolong kawan, kami akan
dibunuh Harimau. Dia mengejarku sekarang. Tolonglah…” kata Kerbau gelisah.
“Baiklah. Jika Harimau
ingin membunuhmu, biarlah dia membunuh si Banteng perkasa ini lebih dulu,” ujar
Banteng bangga. “Mana dia sekarang?”
Belum lagi Kerbau dan
Kancil menjawab,
Harimau telah
melompat dan menerkam Banteng. Dia menerjangnya sekuat tenaga. Terjadilah pertarungan
sengit. Tapi akhirnya Bantengpun terpaksa menyerah kalah.
Mereka bertiga lari.
Sedangkan Harimau terus mengejarnya, seolah belum puas bila belum memakan
ketiga binatang itu.
Sampailah mereka
di sebuah padang rumput dimana terdapat sebuah sumur tua. Mereka bertemu dengan
Ular dan memberitahukan bahwa mereka dalam keadaan bahaya, hendak dibunuh Harimau.
Dan tanpa banyak kata Ular segera bersiap membantunya. Dia mengoleskan buah
kaktus hingga badannya merah.
Tiba-tiba Harimau
datang dengan geramnya.
“Kamu lihat Kancil
dan kawan-kawannya?” tanya Harimau garang.
“Ya, kenapa?” jawab Ular.
“Mereka hendak
kubunuh.” jawab Harimau.
“Mereka telah kubunuh
semua, karena menggangguku. Kau pun akan kubunuh jika menggangguku. Lihatlah
badanku sampai merah begini. Ketiga binatang itu telah kubinasakan.” jawab Ular.
“Dimana mereka
sekarang?” tanya Harimau belum puas.
“Kalau kau ingin
melihat mereka, tengoklah sumur itu!” jawab Ular.
Harimau heran. Lalu
dia melongokkan kepalanya ke dalam sumur. Tapi belum lagi dia melihat isi
sumur, Banteng mendorongnya dari belakang hingga Harimau terjerembab ke dalam
sumur tua itu. Matilah Harimau. Dan semua hewan kini hidup aman dan bebas
mencari makan dimana saja.